oleh Fenti Eka Maris
Pernahkah
kawan disalah mengerti ketika sedang berjuang memberitakan Injil Kristus? Bukan
pujian, melainkan cercaan yang kita terima. Adakah label-label yang buruk dan
tidak terhormat yang dilontarkan terhadap kita atau lembaga tempat kita
melayani. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, menghadapi
kenyataan yang serupa dengan adanya orang-orang yang memberitakan Kristus
karena dengki dan perselisihan, untuk ambisi pribadi, tidak ikhlas dan malah
bertujuan untuk memperberat beban Paulus dalam penjara (Filipi 1:15-16).
Meresponi
hal ini, Paulus memberikan nasihat (ay.27-29) agar jemaat terus berjuang,
menjalankan hidup yang berpadanan dengan Injil Kristus. Dua prinsip yang
diangkat Paulus untuk memperjelas nasihatnya tersebut. Yang pertama adalah Kesatuan:
Teguh berdiri dalam satu roh, sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul
dari berita Injil (ay.27b). Dan yang kedua, Keberanian: dengan tiada
digentarkan sedikitpun oleh lawanmu (ay.28a).
Jika
kita sedang dalam pergumulan, penderitaan, dan sakit hati karena fitnahan dalam
melayani, jangan lupakan kedua prinsip ini, untuk memperjuangkan kesatuan kita
sebagai orang percaya, dan memiliki keberanian karena kita adalah utusan
InjilNya. Kesatuan dan keberanian bukan lain dasarnya hanya Kristus sendiri,
yang menjadi pusat hidup dan pemberitaan kita. Dalam kata-katanya yang
terkenal, Paulus bersemboyan “bagiku hidup adalah Kristus” (ay.21).
Mengawali
tahun pelayanan yang baru, marilah hidup kita semakin menjadi saluran InjilNya,
tanpa takut terhadap penderitaan, fitnahan/perkataan yang merusak, namun dengan
ketulusan, tetap rendah hati dan penuh kasih, termasuk terhadap para lawan
kita. Berbeda dari kebanyakan orang, kepuasan sejati dan harta kita yang
terbesar bukanlah dari dunia ini, uang dan kenyamanan yang ditawarkan,
melainkan dalam hidup yang senilai dan sepadan dengan Injil. Mari kita
melakukannya dengan kesatuan dan dengan penuh keberanian. Memperagakan hidup
yang “berbeda” memang rawan kritikan dan fitnahan, namun janganlah hal ini
merusak kebahagiaan sejati kita.
Teruslah
berjuang memberitakan InjilNya!
*Penulis
adalah Alumni Perkantas Surabaya yang pernah menjadi staf Administrasi
Perkantas Surabaya
*Sumber
gambar : http://sovjoy.com/how-can-you-live-a-gospel-centered-life/
Komentar
Posting Komentar