oleh Yusuf Deswanto, M.Div.
"Saya
punya sebuah impian ... Dari dunia mahasiswa juga akan muncul para
profesional-dokter, insinyur, ahli hukum, pengusaha, pelaku media masa, dan
lain-lain. Perhatikan dampaknya bila ada semakin banyak dokter Kristen yang setia
... Betapa banyaknya yang dapat dilakukan seorang pengusaha Kristen ... Saya
memimpikan juga adanya orang-orang Kristen yang akan terjun dalam dunia
perfilman ... Kita membutuhkan jurnalis dan penulis yang dapat
mengkomunikasikan kabar baik dan menghasilkan literatur yang dapat membangun
kehidupan orang percaya ... juga penulispenulis Kristen untuk pers sekular ...
"
Kutipan
di atas berasal dari tulisan Dr. lsabelo Magalit, Sekretaris Jenderal IVCF
Filipina ( 1967), dan Associate General Secretary IFES Asia Timur (1972-1982)
yang berjudul "I Have a Dream." Tulisan tentang visi dan impian dari
pelayanan mahasiswa ini pertama kali disampaikan dalam Konvensi Misi IVCF
Filipina tahun 1970. Tulisan yang disampaikan sebagai orasi ini menjadi demikian
penting bukan karena disampaikan oleh seorang Associate General Secretary IFES
Asia Timur, tetapi lebih karena orasi ini menggambarkan visi pelayanan IFES
secara jelas dan lugas. lmpian pelayanan mahasiswa secara lugas adalah
keterlibatan alumni -yang lahir dari dunia pelayanan mahasiswa - di dalam
pergumulan dunia dengan semangat dan pesan lnjil. Visi yang juga diperjuangkan
Perkantas Indonesia ini niscaya akan menjadi impian kosong, jika pelayanan
mahasiswa (yang dimulai dari siswa) tidak menjadi ruang atau wahana bagi
mahasiswa itu sendiri untuk terlibat dalam pergumulan dunia. ltulah sebenarnya
salah satu fungsi penting Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) - yaitu sebagai
wahana untuk mempersiapkan mahasiswa agar nantinya mereka mampu terlibat dalam
pergumulan dunia dengan visi dan hati Injil. Opini singkat ini hanya akan
menyorot keberadaan PMK, tanpa mengecilkan keberadaan pelayanan siswa dan
Persekutuan Siswa Kristen yang merupakan upaya penjangkauan lebih dini sebelum
“calon alumni” yang dimuridkan itu memasuki jenjang universitas. Harus dipahami
bersama, semua peluang dan kebebasan bagi mahasiswa untuk berorganisasi,
berekspresi dan berinteraksi dengan berbagai latar belakang manusia di tengah
dunia universitas, merupakan “ladang” bagi mahasiswa untuk berlatih
berinteraksi dengan pergumulan dunia. Di sinilah fungsi startegis “PMK kampus”
sebagai “laboratorium” bagi mahasiswa untuk membawa pesan Injil dalam
keterlibatannya di tengah pergumulan dunia, yang dimulai dari dunia
universitas.
EMPAT
MODEL PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN
Terence
C. Halliday, menggambarkan empat model pelayanan mahasiswa yang selama ini
dikembangkan dalam dunia pelayanan kampus/universitas sebagai Piestic,
evangelistic, apologetic, dan dialogic. Pelayanan atau persekutuan
mahasiswa yang piestic memiliki ciri: fokus pada kehidupan batiniah
Kristen, studi Alkitab, doa dan persekutuan. Selain itu, persekutuan ini
berorientasi hanya pada mahasiswa, artinya kurang memikirkan tujuan jika mereka
lulus dan menjadi alumni. Ciri terakhir dari persekutuan model ini adalah
kurangnya ketertiban dalam pergumulan integrasi iman dan bidang
keilmuan/akademis.
Persekutuan
dengan ciri evangelistic cenderung bergerak pada fokus memenangkan
mahasiswa untuk Kristus, berusaha menjangkau seluruh kampus, mengadakan
pelatikan penginjilan dan penginjilan pribadi. Persekutuan dengan model evangelistic memiliki
kelemahan kurangnya upaya memenangkan dunia akademis universitas bagi Kristus.
Pada kenyataannya, dunia kamus/universitas telah banyak menggerus
mahasiswa-mahasiswi yang mengaku telah menerima lnjil Kristus.
Model
ketiga dari pelayanan mahasiswa di kampus adalah apologetic model. Apologetic model
mengembangkan pelayanan kepada pola mengidentifikasi sumber ancaman intelektual
(terhadap iman Kristen), menemukan orang atau buku dengan otoritas pada ancaman
iman, dan kemudian membangun pertahanan intelektual terhadap ancaman-ancaman
iman tersebut.
Model
pelayanan mahasiswa berikutnya disebut bercorak dialogic. Model ini
berusaha melibatkan pikiran Kristen melalui dialog dengan isu-isu pergumulan
universitas. Persekutuan seperti ini membawa gerak pelayanannya sebagai
panggilan khas dunia kampus, bukan reproduksi dari gereja lokal di kampus
universitas. Para mahasiswa yang terlibat didorong kepada pertarungan pemikiran
dan melakukan penetrasi iman dan sistem nilai Kristen dalam perjuampaannya
dengan mahasiswa dan dosen non-Kristen di universitas.
PELAYAN
PMK YANG KOKOH: EMPAT KAKI YANG MENOPANG SATU MEJA
Harus
diakui, pelayanan PMK-PMK kampus dalam lingkup pelayanan Perkantas masih
didominasi oleh gerak pelayanan mahasiswa yang belum menjawab tantangan bagi
keterlibatan pemikiran Kristen di dunia universitas. Halliday setuju jika
keempat model pelayanan mahasiswa, baik piestic, evangelistic, apologetic,
dan dialogic harus dikembangkan secara berimbang dan holistik,
seumpama empat kaki yang menopang satu meja yang kokoh. Maka PMK-PMK kampus
dalam lingkup pelayanan Perkantas pun harus berbenah dan melihat aspek-aspek
mana yang kurang dikembangkan dalam memuridkan mahasiswa dan mempersiapkan
alumni yang terlibat dalam transformasi dunia secara luas.
Dr
Daniel Bourdanne, Sekretaris Jenderal IFES mengatakan: "Kita harus
memiliki pemikiran pemuridan. Panggilan untuk pelayanan di universitas, bukan
sebuah sekolah dasar. lni adalah tempat [pengembangan] pemikiran. ltulah
mengapa keterlibatan [mahasiswa] dalam universitas tidak bisa terjadi jika kita
tidak secara serius mengembangkan pemuridan [kepada] pemikiran. lni adalah area
pelayanan kita. lni adalah tempat di mana Allah telah menempatkan kita."
(Penulis
melayani Pelayanan Mahasiswa di Jember)
Komentar
Posting Komentar