MENJADI SAKSI KEBANGKITAN KRISTUS


MENJADI SAKSI KEBANGKITAN KRISTUS
oleh Arianto Pakaang

PENDAHULUAN
Saat ini kita hidup di era postmo yang spirit zamannya ditandai dengan relativisme, individualisme, materialisme, gaya hidup yang hedonis dan pragmatis. Hal ini menantang kekristenan untuk membuktikan pada dunia ini arti hidup yang sesungguhnya. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang menekankan kebebasan hidup pribadi, di mana tidak ada standar yang mutlak sehingga kita bebas melakukan apa saja yang menurut kita baik dan benar, dan di sinilah kekristenan berperan untuk menunjukkan standar hidup yang tinggi, yang jelas berbeda dengan dunia ini. Belum lagi pengaruh materialisme yang menilai seseorang berdasarkan apa yang dimilikinya sehingga banyak orang terdorong menjadi konsumtif. Spirit ini kian merebak seiring dengan laju era yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemandirian bagi seseorang sebagai individu.

Hidup di tengah spirit zaman yang demikian mengakibatkan kekosongan spiritualitas, hilangnya pengharapan dan kehancuran moralitas. Sebagai mahasiswa Kristen yang sedang melintasi zaman ini, mau tidak mau kita harus berhadapan dengan pilihan antara dilindas oleh spirit zaman ini atau berdiri tegak di atas kebenaran keyakinan kita yang absolut, dan tetap relevan di segala zaman.

Mahasiswa Kristen sebagai seorang pengikut Kristus, selayaknya hidup sebagai imitator-imitator Kristus (Ef. 5:1). Mereka telah dijamah oleh Kristus, diperbarui dan berkemenangan dari hidup yang lama menuju hidup yang dimerdekakan serta hidup selaras dengan hidup yang Tuhan Yesus telah jalani. Dengan kata lain, mereka telah dipersatukan di dalam jalan kemenangan Kristus atas dosa dan maut serta mengalami dampak kuasa kebangkitan Kristus di dalam kehidupannya. Karena status inilah maka mahasiswa Kristen harus hidup berbeda dengan mahasiswa lainnya, di mana mereka mampu menantang dunia ini dengan nilai-nilai hidup kristiani.

KUASA KEBANGKITAN KRISTUS
Jawaban bagi dunia yang mengalami kekosongan spiritualitas, kehilangan pengharapan dan kehancuran moralitas adalah hidup yang berkemenangan di dalam Yesus Kristus yang telah bangkit dari kuasa dosa dan maut. Mahasiswa Kristenlah yang pertama kali harus mengalami kemenangan itu dan dapat menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana saja (2Kor. 2:14), termasuk di kampus.

Kuasa Kebangkitan Kristus Memberi Kemenangan Atas Dosa
Ketika Yesus bangkit, Ia mendekati murid-murid-Nya dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Mat. 28:18). Kemenangan atas dosa dan kejahatan sungguh-sungguh sudah diperoleh. Kuasa-kuasa kegelapan dan keputusasaan sudah tidak berkutik lagi di bawah telapak kaki Kristus yang menang.1

Kuasa kebangkitan Kristus itu nyata dalam hidup orang-orang Kristen dari abad ke abad. Mereka telah dimenangkan oleh Yesus Kristus yang bangkit setelah mereka mengundang Dia masuk ke dalam kehidupan mereka. Dalam bukunya Evidence That Demand A Verdict, Josh Mc Dowell mencatat secara akurat 58 orang tokoh yang bertobat dan mengalami perubahan hidup karena firman Allah tentang Yesus Kristus yang telah bangkit. Mereka adalah orang-orang dari berbagai profesi, jabatan, negara, dan latar belakang agama yang berbeda.

Kuasa Kebangkitan Kristus itu haruslah menjadi demonstrasi dari kemenangan kepada kemenangan dalam hidup orang-orang percaya di sepanjang sejarah, di seantero jagad. Pekik kemenangan dan kesaksian yang hidup akan terus terngiang menyebarkan keharuman nama Kristus yang memerdekakan itu.

Kuasa Kebangkitan Kristus Mengubahkan Seseorang Menjadi Berani Menyatakan Kebenaran
Kematian Kristus serta merta menghancurkan pengharapan murid-murid-Nya. Mereka mengharapkan adanya pemulihan kerajaan bagi Israel dan dengan demikian mereka mendapat kedudukan dalam kerajaan tersebut. Ketika Yesus ditangkap para laskar Bait Allah, mereka meninggalkan-Nya dan lari menyelamatkan diri, sebab mereka takut ditangkap dan dipenjarakan (Mrk. 14:50).2 Mereka menjadi takut sehingga menonton penyaliban itu dari kejauhan (Luk. 23:26), mereka tidak berani secara nyata memperkenalkan diri sebagai orang-orang yang dekat dengan Yesus. Namun beberapa hari kemudian, semuanya itu berubah. Orang-orang Galilea yang kalut ini mulai mengumandangkan berita baru di Yerusalem. Mereka menegaskan dalam pemberitaan mereka bahwa Yesus itu benar Mesias (Kis. 2:36).

Dapat dikatakan bahwa kuasa kebangkitan Kristus itu nyata di dalam perubahan radikal yang terjadi dalam diri murid-murid. Mereka yang sebelumnya adalah orang-orang yang penakut dan pengecut diubahkan menjadi berani dan penuh keyakinan. Petrus mempertaruhkan hidupnya dengan berkata dengan suara nyaring bahwa Ia telah melihat Yesus yang bangkit dari antara orang mati. Ia berkhotbah di hadapan orang-orang Yahudi dan semua yang tinggal di Yerusalem.

Kuasa kebangkitan Kristus mengenyahkan segala ketakutan kita untuk menyatakan kebenaran dalam kondisi apapun juga (Mat. 10:28). Tuhan Yesus berkata, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”

Kuasa Kebangkitan Kristus Memberi Pengharapan untuk Menatap Masa Depan
Rasul Paulus berkata: “Yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1Kor. 15:20). Kematian sudah dikalahkan. Yesus adalah buah sulung tuaian yang akan datang dari orang mati, anak sulung dari anak-anak kebangkitan. Karena Ia telah bangkit, kita pun akan hidup di balik kubur dalam orde baru Allah. Kebangkitan mendesak mundur masa depan kita ke batas-batas kekekalan, dan ini mempunyai dampak yang tak terhitung banyaknya pada setiap kehidupan. Tidak perlu kita berpegang kuat-kuat pada kehidupan di sini, sebab hidup di dunia ini hanya permulaan dari hidup kekal yang menunggu kita sesudah mati dan kemenangan sudah menjadi milik kita di dalam Dia.3

Ada pengharapan bahwa semua perjuangan di dalam dunia yang penuh penderitaan akan berakhir diganti sukacita yang tiada tara bagi warga negara sorgawi. Pengharapan ini membuat kita gigih berjuang melalui hidup yang menentang arus zaman ini.

Kuasa Kebangkitan Kristus Memberikan Sukacita dan Kedamaian
Rasul Paulus berkata, “Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan tidak terkatakan” (1Pet. 1:8). Mengetahui bahwa Ia bersama kita dan mengasihi kita dengan kasih mendalam yang berlimpah-limpah menimbulkan sukacita di atas segala sukacita dalam hati.4

Ia “dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rom. 4:25). Yesus yang bangkit merupakan janji bahwa pengorbanan-Nya untuk membuat pendamaian benar-benar bermanfaat bagi kita: dosa kita lenyap dan di dalam Kristus kita diterima di hadapan Allah.5

Sukacita dan damai sejati hanya bisa terjadi jika ada jaminan kepastian masa depan. Kebangkitan Kristus adalah jaminan yang kokoh. Inilah yang menjadi dasar bagi kita untuk menyebarkan aroma sukacita dan damai itu di tengah spirit zaman ini.

TINDAKAN KONKRET SAKSI KEBANGKITAN KRISTUS
Kekosongan spiritualitas, hilangnya pengharapan dan kehancuran moralitas memicu seseorang untuk menemukan apa yang berarti dalam hidup ini. Banyak orang berusaha untuk mencari makna hidup yang dapat mengisi kekosongan jiwanya, mereka ingin menemukan pengharapan dan mengalami transformasi. Eka Darmaputera mengatakan bahwa trend abad ke-21 ditandai dengan semakin mantapnya kesadaran mengenai pentingnya kualitas hidup.6 Sebagai mahasiswa Kristen yang telah mengalami kuasa kebangkitan Kristus yang memberi kemenangan, keberanian, pengharapan, sukacita dan damai maka kita adalah agen Kristus yang menawarkan kualitas hidup yang berbeda bagi generasi ini.

Mahasiswa Kristen harus menapaki hidup yang teguh dengan prinsip-prinsip kebenaran untuk. melawan generasi yang hidup sesukanya. Kehadiran kita di kampus sangat penting di tengah-tengah hilangnya esensi hidup kemahasiswaan. Namun seringkali mahasiswa Kristen enggan untuk terlibat dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan, mereka terkesan melarikan diri dari kondisi yang kurang menyenangkan. Mereka lebih suka datang kuliah lalu pulang, seolah-olah studilah satu-satunya tujuan yang harus dicapai. Waktu luang mereka habiskan untuk bergaul dengan teman-teman yang seiman (PMK) atau sesuku dan akhirnya terlena dengan aktivitas religius. Seharusnya mahasiswa Kristen hadir di lembaga-lembaga kemahasiswaan untuk menjadi terang, bukan bercokol di sekretariat PMK saja. Seorang teman saya sering meledek dengan mengatakan bahwa kita jangan menjadi “singa ompong” yang beraninya hanya di PMK dan gereja doang. Ya, kita semestinya ada di ruang-ruang kelas, di koridor-koridor kampus, di kantin, di perpustakaan, di senat mahasiswa, dan segala aspek kehdupan kampus, mewarnainya dengan prinsip-prinsip kebenaran agar mereka dapat melihat kuasa kebangkitan Kristus nyata melalui kehadiran kita.

Mahasiswa Kristen harus menunjukkan kekudusan hidup di tengah hancurnya moralitas mahasiswa. Ketika tinggal selama dua minggu di sebuah kost mahasiswa yang dekat dengan sebuah kampus negeri, saya menyaksikan sendiri di kawasan tersebut beberapa pasangan mahasiswa yang kumpul kebo. Dari kesaksian beberapa orang di tempat itu, free and safe sex sudah menjadi hal biasa. Tinggal di tempat kost seperti itu tentunya mengandung resiko yang sangat tinggi dan karena itu kita harus menghindarinya. Namun, ini adalah salah satu tempat kita untuk bermisi menyatakan kuasa kebangkitan Kristus tersebut. Mengapa tidak, kita hidup di tengah-tengah mereka sehingga punya banyak kesempatan untuk berinteraksi membagikan dan menunjukkan hidup yang berkemenangan. Bersahabatlah dengan mereka, jangan bersikap yang berkesan menolak kehadiran mereka. Biarlah kehadiran kita menjadi daya tarik untuk mereka mengisi kekosongan jiwanya yang dahaga.

Kehadiran kita di kampus juga harus menunjukkan kualitas sebagai mahasiswa yang memiliki cara dan gaya hidup yang berbeda. Kita harus berjuang untuk menempuh studi dengan maksimal, keuletan dan kegigihan kita harus nyata di tengah hidup yang serba instant. Kerjakan segala tanggung jawab kita dengan tekun. Tolonglah rekan-rekan yang kesulitan di tengah-tengah pengaruh individualisme yang makin kuat. Di sisi lain, trend zaman memaksa kita untuk semakin konsumtif, sehingga sebagai mahasiswa Kristen kita harus menunjukkan gaya hidup sederhana tanpa ikut menyuburkan semangat ingin selalu trendy namun hampa. Seharusnya mahasiswa Kristen tidak perlu tampil dengan perangkat teknologi yang trendy melainkan dengan perangkat jiwani yang luhur. Inilah karakter yang menginspirasi hidup yang bermakna.

PMK harus mempersiapkan sebuah sistem pembinaan dengan pola persekutuan yang mulai memperhatikan calon-calon mahaisiswa baru yang mana adalah ladang misi yang sangat efektif dan mendasar. Mereka datang dari berbagai kota, dan tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki keluarga di kota tersebut. Oleh karena itu, PMK mempersiapkan orang-orang yang siap menolong mereka dalam pendaftaran ulang, atau pencarian tempat kost yang baik, dan memperhatikan kebutuhan lain mereka. Orang-orang yang dipersiapkan ini lebih baik bila berasal dari kota yang sama dengan mahasiswa baru tersebut, sehingga ada perasaan senasib berada di perantauan. Bila ini dilakukan, maka akan muncul kesempatan untuk menyatakan kuasa kebangkitan Kristus yang kita alami kepada mereka sehingga memberikan kesempatan follow up dalam pembinaan yang lebih lanjut.

Tindakan konkret yang lain, misalnya dengan memanfaatkan kesempatan kuliah kerja nyata yang sekarang merupakan mata kuliah pilihan di beberapa kampus.7 Ini kesempatan untuk dapat tinggal bersama dengan mereka yang tinggal di desa-desa. Memang ada banyak kesulitan untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru namun kerelaan kita untuk meninggalkan zona kenyamanan kita merupakan misi yang menggetarkan jiwa dan membuat sorga bertempik karena Injil mewarta dan meraja di hati mereka yang dialiri-Nya.

Kiranya kuasa kebangkitan Kristus menyentak kita untuk segera bertindak meninggalkan kenyamanan kita. Mulai tegak menyusuri jalan salib kita di dunia ini seperti yang telah Yesus tapaki. Menyusuri dengan ketaatan dan mata yang tertuju kepada Dia hingga saat akhirnya kita menutup lembar hidup dan menanti kebangkitan kita menyatu dengan Sang Pembangkit yang berkuasa itu.

1Bruce Milne, Mengenali Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996) 238
2 G.E. Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2 (Bandung: Kalam Hidup, 1993) 17.
3Milne, Mengenali 238.
4Milne, Mengenali 236.
5Ibid.
6Eka Darmaputera, “Kepemimpinan Gereja Menyongsong Abad 21,” Peninjau 16/1 (1991) 66-74.
7Pada masa penulis kuliah merupakan program wajib.


Komentar