Mengembangkan Kepemimpinan yang Berintegritas


Mengembangkan Kepemimpinan yang Berintegritas 
oleh Wahyu Dwijayanti

Dicari Pemimpin Berintegritas!
                Integritas menjadi hal yang langka di zaman ini. Kehadiran pemimpin yang berintegritas seperti Jokowi, Ahok, dan Bu Risma bagaikan sebuah oase yang menyejukkan di tengah padang gurun. Pemimpin yang berintegritas sungguh-sungguh dicari. Hasil penelitian Brian Caroll dalam Kouznes and Posner, “Leadership Chalenge” tahun 1995 di Amerika, menunjukkan bahwa salah satu ciri khas pemimpin yang sangat dikagumi adalah pemimpin yang jujur (memiliki integritas) dan bahkan menempati urutan teratas dibandingkan dengan ciri-ciri lainnya seperti visi, memberikan inspirasi, cakap, berpikiran adil, mau memberi dukungan, cerdas dan sebagainya.
Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan integritas? Integritas (integrity) berasal dari bahasa Latin "integrate" yang artinya komplit atau tanpa cacat, sempurna, menyeluruh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas diartikan sebagai keterpaduan, kebulatan, keutuhan, jujur dan dapat dipercaya. Ini berarti bahwa orang yang memiliki integritas adalah orang yang memiliki keutuhan yakni satunya kata dan tindakan, jujur dan dapat dipercaya. Salah satu tokoh di Alkitab yang dicatat memiliki integritas adalah Ayub , “…orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” (Ayub 1:1).
Dengan demikian pemimpin yang berintegritas berarti pemimpin yang perkataan dan tindakannya selaras, dan karakternya utuh sebagai wujud dari imannya. Seorang caleg dikatakan berintegritas bukan hanya ketika ia menepati apa yang dijanjikannya saat kampanye, tapi juga bagaimana dia menjaga integritas dalam rumah tangganya. Tentu kita sulit memberi label orang tersebut berintegritas jika orang tersebut jujur dan bertanggung jawab dalam pekerjaan tapi dia selingkuh dengan istri atau suami orang. Karena integritas mencakup keutuhan hidup yang lainnya. Seorang hamba Tuhan disebut berintegritas ketika hidupnya selaras dengan apa yang dikotbahkannya. Seorang mahasiswa dikatakan berintegritas ketika dia berusaha jujur dalam studinya, tidak titip absen, tidak menyontek, dan menjaga hidupnya kudus dalam pergaulan.

Dimanakah sikap integritas dikembangkan?
                Adakah tempat-tempat khusus di mana kepemimpinan yang berintegritas bisa dihasilkan? Apakah integritas bisa dihasilkan dari pendidikan formal di sekolah atau kampus? Seharusnya pendidikan formal menjadi tempat mendidik seseorang memiliki ilmu dan perilaku yang baik. Namun, baru-baru ini saya sedih sekali saat mendengar dari adik KTB bahwa waktu Ujian Akhir Semester (UAS), siswa-siswa kelas 12 di sekolahnya secara kolektif patungan membeli kunci jawaban hingga jutaan rupiah. Padahal sekolah tersebut dikenal sebagai sekolah unggulan atau favorit. Tidak ada jaminan sekolah atau kampus favorit akan menghasilkan orang-orang yang berintegritas. Membekali ilmu saja tanpa melatih hidup berintegritas akan menghasilkan calon-calon koruptor baru.
                Mungkin kita berpikir seharusnya gereja menjadi tempat menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berintegritas. Ini tidak salah, karena gereja berperan dalam pengajaran Firman agar kebenaran  dapat diimplementasikan jemaatnya. Tapi menurut saya, unit masyarakat terkecil yaitu keluarga menjadi tempat pendidikan informal yang paling penting untuk mengembangkan integritas sejak dini. Pengajaran dan didikan disertai dengan contoh nyata dari orang tua akan mempengaruhi sang anak untuk menerapkan hidup yang berintegritas. Bagaimana tokoh-tokoh seperti Jokowi dan Abraham Samad bisa memiliki sikap hidup jujur dan bertanggung jawab? Karena ajaran dan contoh hidup orang tua mereka yang begitu membekas dalam ingatan mereka. “Lebih baik hidup sederhana daripada hidup mewah tapi mengambil uang rakyat. Lebih baik makan kacang godog dan ketela pohon daripada makan enak tapi makan uang rakyat.”
                Bukankah orang yang ada dalam Kristus wajib hidup sama seperti Kristus hidup? Seharusnya banyak keluarga alumni bisa menanamkan pondasi integritas kepada anak-anak jauh lebih baik karena menghidupi teladan Kristus. Jadi betapa strategisnya para keluarga alumni yang sudah mengalami penebusan Kristus mengembangkan kehidupan yang berintegritas bagi anak-anak mereka. Karena itulah pembinaan alumni baik melalui PA (Pemahaman Alkitab), training maupun retret keluarga masih tetap dibutuhkan untuk mencapai upaya tersebut di atas.

Peran Perkantas 
                Perkantas adalah lembaga kader yang mempersiapkan calon-calon pemimpin yang berintegritas di berbagai bidang. Perkantas melalui pemuridannya menjadi salah satu wadah selain keluarga untuk mengembangkan kepemimpinan berintegritas.
Pembentukan karakter tidak muncul dalam satu hari. Begitu juga dengan hidup berintegritas yang diawali melalui sebuah proses pembaharuan pikiran (entah karena pengalaman hidup atau melalui transformasi kebenaran Fiman Tuhan) dan diwujudkan dalam tindakan-tindakan sehari-hari yang konsisten.
Dalam kurikulum pemuridan Perkantas profil hidup seorang yang  berintegritas sudah ditekankan bahkan sejak di tahapan petobat baru, misalnya: setelah menerima Kristus, ada kemauan untuk meninggalkan dosa (menyontek, berbohong, dan sebagainya). Karena itu pemimpin KTB akan mendorong anggota-anggota KTB-nya untuk mencapai profil tersebut lewat proyek-proyek ketaatan. Sehingga seorang petobat baru yang tadinya suka menyontek tanpa rasa bersalah dilatih untuk memiliki sikap yang baru karena ketaatan kepada Firman Tuhan. Semakin lama, latihannya makin berkembang sesuai dengan tahapan dalam pemuridan. Diharapkan ketika para anggota KTB menjadi alumni, mereka siap terjun ke masyarakat menjadi pemimpin-pemimpin yang menerapkan nilai-nilai kekristenan dalam profesinya. Tentu saja tantangan dan godaan di dunia alumni jauh lebih berat daripada saat di mahasiswa. Karena itu alumni juga masih membutuhkan komunitas yang terus disegarkan oleh Firman Tuhan (di kelompok PA wilayah atau KTB alumni) supaya tetap bertahan hidup berintegritas di tengah tantangan dunia kerja. Jadi mengembangkan hidup berintegritas perlu latihan-latihan sejak dini yang dilakukan dalam komunitas yang sehat dan terus dijaga konsistensinya. Di sinilah Perkantas turut berperan penting bagi bangsa ini dengan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berintegritas
Pembentukan karakter tidak muncul dalam satu hari. Begitu juga dengan hidup berintegritas yang diawali melalui sebuah proses pembaharuan pikiran dan diwujudkan dalam tindakan-tindakan sehari-hari yang konsisten.

*Penulis adalah Pimpinan cabang Perkantas Jatim dan melayani di pelayanan Siswa

Sumber gambar : http://www.barbara-white.com/great-leader  


Komentar