oleh Anggriady Ricky
Mandat
Injil di kalangan mahasiswa bukanlah hal baru, namun fenomena yang terlihat ada
banyak mahasiswa yang belum mengerjakan mandat ini. Mahasiswa biasanya
menggunakan dalih sibuk dan harus fokus pada studi sehingga melupakan mandat
Injil. Jika sikap seperti ini dipertahankan, maka mandat Injil hanya menjadi
sebuah pilihan, apakah demikian? Mandat Injil tidak hanya berbicara mengenai
sebuah kewajiban bagi kekristenan tetapi juga berbicara mengenai sebuah
panggilan dimana setiap orang percaya diperintahkan untuk pergi memberitakan
Injil termasuk mahasiswa yang telah mengaku Percaya. Ketika Tuhan Yesus
menyampaikan Amanat Agung kepada para murid sebelum terangkat ke sorga
(Mat.28:16-20), sangat jelas perintah tersebut bukan tawaran atau pilihan.
Demikian pula mahasiswa tidak disuruh memilih studi atau pergi memberitakan
Injil. Mahasiswa di tengah-tengah menjalankan dan menekuni studinya juga harus
mengerjakan mandat Injil. Studi tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak
memberitakan Injil. Mahasiswa yang telah mengalami karya penebusan Kristus
seharusnya memiliki kerinduan agar orang lain khususnya mahasiswa lain juga
mengalami karya keselamatan tersebut. Mahasiswa kristen harus meneladani sikap
dari Rasul Paulus yang memperlihatkan sebuah jiwa yang begitu menggebu-gebu
bagi Injil karena pengalamannya akan karya Injil (Rm. 10:1) bahkan Paulus rela
menyerahkan nyawanya demi pemberitaan Injil.
Mandat
ini sangat penting untuk dikerjakan di kalangan mahasiswa dan oleh mahasiswa.
Kesempatan tidak datang dua kali. Menjadi mahasiswa tidak seumur hidup,
berinteraksi dengan mahasiswa juga “tidak selamanya.” setelah itu selesai
(kecuali sengaja untuk tidak lulus atau melanjutkan studi lagi). Rata-rata
seorang mahasiswa statusnya akan berakhir empat tahun kemudian. Perjumpaannya
dengan mahasiswa lain hanya empat tahun, namun empat tahun bukanlah waktu yang
singkat untuk bisa mengabarkan Injil. Empat tahun adalah peluang besar dan
kesempatan yang besar untuk Injil di beritakan dikalangan mahasiswa, sekaligus
menjadi peluang menghadirkan murid Kristus di kalangan mahasiswa. Kesempatan
langka ini perlu diefektifkan karena kemungkinan untuk bertemu dengan
orang/mahasiswa yang sama relatif lebih mudah. Lingkungan mahasiswa juga
merupakan ladang yang sangat potensial bagi Injil karena di tempat ini terdapat
berbagai mahasiswa dengan latar belakang agama, latar belakang budaya, diikuti
dengan dengan keterbukaan, pencarian jati diri, kematangan dengan idealismenya.
Berapa banyak mahasiswa kristen menggunakan kesempatan dan waktu yang tersedia
untuk mandat Injil? Kesempatan itu suatu saat akan berbeda dan tidak akan sama
lagi ketika status mahasiswa sudah tidak disandang lagi.
Selain
itu mahasiswa menjadi peluang bagi berita Injil menjadi sangat penting dan
berharga untuk diefektifkan karena bukan hanya berbicara mengenai
kehidupan kekal di sorga yang akan diterima oleh mereka yang mengaku percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus, namun juga berbicara mengenai sebuah sumbangsih
besar kekristenan bagi kepemimpinan bangsa, sebuah transformasi bagi
kepemimpinan yang diperlukan bangsa ini. Mengamati perjalanan kepemimpinan
bangsa, banyak pengamat mengatakan bahwa kepemimpinan bangsa ini sedang
dalam kondisi “kritis.” Melihat korupnya para pemimpin dan terpuruknya bangsa
karena pemimpinnya korup mendesak untuk hadirnya pemimpin yang sungguh memiliki
hati yang “takut” akan Tuhan. Bagaimana pemimpin seperti yang diharapkan bisa
hadir di dalam bangsa ini? Kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari lingkungan
kampus, karena dari sanalah hadir calon pemimpin bangsa. Karena itu untuk
menghadirkan pemimpin yang takut akan Tuhan, harus menghadirkan mahasiswa yang
takut akan Tuhan. Kondisi ini akan terjadi jika setiap mahasiswa kristen pergi
mengerjakan mandat Injil di lingkungan mahasiswa. Dengan demikian melalui
proses seperti ini akan hadir pemimpin yang siap mengubah dan memberi
pengharapan baru. Transformasi kepemimpinan pun akan terjadi dan hal ini akan
memberikan perubahan yang diharapkan.
Dampak
dari terjadinya kegerakan mandat Injil di kalangan mahasiswa akan memberikan
harapan baru, harapan bagi jiwa yang terbelenggu, harapan bagi pulihnya bangsa
yang sedang terpuruk. Jadi kembali kepada persoalan mandat Injil dalam dunia
mahasiswa, penginjilan menjadi harga mati bagi mereka yang merindukan perubahan.
Penginjilan menjadi keharusan bagi setiap mahasiswa yang merindukan terciptanya
dunia baru, dunia yang hadir penuh damai dan pengharapan. Penginjilan adalah
panggilan bagi setiap mahasiswa Kristen. Tuhan memberkati.
Penginjilan
adalah panggilan bagi setiap mahasiswa Kristen
*Penulis
adalah Staf Mahasiswa Perkantas Surabaya
Komentar
Posting Komentar