KOMITMEN DAN KONSISTENSI DALAM KTB


KOMITMEN DAN KONSISTENSI DALAM KTB 
oleh Dra. Iis Achsa, S.Th., M.K.

Pendahuluan 
Komitmen[1] dan konsistensi dalam berkomitmen adalah salah satu pergumulan orang percaya, termasuk mereka yang sudah terlibat dalam KTB. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang gagal menjalankan komitmennya. Oleh sebab itu penting sekali mempelajari masalah ini dan mengetahui bagaimana menolong mereka mengatasi kegagalannya. Karena kegagalan seseorang menepati komitmennya, termasuk untuk menjalankan disiplin rohani, keterlibatan dalam KTB, dapat menghambat pertumbuhan rohani, kedewasaan karakter dan pengembangan dirinya.

I. Komitmen dan konsekuensinya.
Seringkali seseorang tidak berani mengambil komitmen karena takut pada beratnya konsekuensi dan yang pada akhirnya gagal menepati komitmennya. Padahal keberanian seseorang mengambil komitmen dan konsisten dalam berkomitmen adalah latihan kedewasaan pribadi yang efektif. Oleh sebab itu, seberapapun beratnya konsekwensi sebuah komitmen, jika komitmen tersebut untuk melakukan hal-hal yang dapat menyehatkan kehidupan rohani, pertumbuhan karakter dan pengembangan diri, maka seharusnya komitmen tetap harus diambil.

Karakteristik sikap dan tindakan yang dapat menyehatkan, adalah sebagai berikut:
1. Sesuai tujuan hidup orang percaya yaitu menjadi puji-pujian bagi kemuliaan Allah (Efesus 1:12), yang ditandai antara lain:  
Mengasihi Tuhan dengan segenap hidup (Mat. 22:37-39).
Melakukan perkerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya (Ef. 2:10)
 Usaha terus menerus menjadi serupa Allah (Rm. 8:29).
Membangun relasi dengan Tuhan, berkarya dan bersekutu dengan sesama, sesuai dengan tujuan manusia dicipta (Kej. 1:26-27; 2:18-20).

2. Sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik, psikologis dan rohani (Ef. 4:13-16).
Seperti pertumbuhan jasmani dan psikologis yang bertumbuh secara bertahap, demikian juga dengan pertumbuhan rohani seseorang. Setiap tahap pertumbuhan, memiliki kebutuhan yang khas. Jika kebutuhan di setiap tahap tidak terpenuhi dengan baik, maka bertumbuhan di tahap berikutnya tidak sehat dan kurang dapat berfungsi dengan baik. Seperti halnya dengan seorang yang kurang mendapatkan latihan disiplin pada masa kanak-kanaknya, pada masa dewasanya akan cenderung menjadi seorang yang sulit untuk berdisiplin walau demi kepentingan dirinya sendiri. Sebagai akibatnya, ia akan mengalami kesulitan ketika sudah bekerja dengan tuntutan disiplin yang tinggi. Demikian juga dengan tahapan pertumbuhan rohani. Seorang yang baru bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat membutuhkan makanan rohani yang lunak. Ia perlu belajar berdoa dan saat teduh dengan teratur. Jika tidak demikian, maka hidup rohani tidak akan teguh dan mudah mengalami gancangan (bandingkan, Ef 4:13-14). Sebagai akibatnya, ketika tantangan hidup menerpa, ia akan mengalami kesulitan untuk tetap teguh berpegang pada kebenaran.

Konsekuensi sebuah komitmen.
Setiap komitmen untuk melakukan hal tertentu selalu disertai dengan konsekwensi yang tertentu pula. Namun, secara umum setiap komitmen untuk melakukan hal yang dapat menyehatkan kehidupan rohani, pertumbuhan karakter dan pengembangan diri, memiliki3 konsekwensi sebagai berikut,
1.  Mengabaikan keinginan daging/diri, yang cenderung berpusat pada diri sendiri.
2.  Mengupayakan diri terus-menerus untuk tetap setia di tengah banyaknya hambatan yang akan datang.
3.  Merasa sendiri dan tampil berbeda, apalagi jika berada di lingkungan yang belum kenal Tuhan (bandingkan. Mat. 10:16).

II. KOMITMEN DAN KEMUNGKINAN GAGAL.
Ada 5 unsur utama seseorang gagal menepati komitmen untuk melakukan hal-hal yang menyehatkan, antara lain,
1. Kerohanian yang lemah, ditandai antara lain, dengan:
  Belum sungguh-sungguh percaya Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi.
  HPDT (Hubungan Pribadi dengan Tuhan) yang tidak sehat (tidak tumbuh).
  Menurunnya minat pada hal-hal rohani.

2.  Kepribadian yang lemah, ditandai antara lain, dengan: 
  Kurang terlatih disiplin dan bertanggungjawab sejak dini.
  Tidak memiliki contoh yang jelas (konkrit) sejak kecil untuk tetap setia pada janji yang sudah diucapkan.
  Tidak atau kurang tahan terhadap tantangan/kesulitan.
  Pengalaman kegagalan yang berdampak serius, sehingga mengalami keraguan untuk bertindak.

3.  Kondisi fisik yang lemah, ditandai antara lain, dengan: 
  Mudah terserang penyakit.
  Mengidap penyakit yang menahun.

4.  Komitmen yang diambil tidak matang.
Ketidak-matangan komitmen biasanya dapat diketahui/dirasakan jika komitmen itu mulai dilaksanakan. Dan biasanya ditandai antara lain, dengan,
  Konsekwensi untuk menjalankan komitmen tersebut dianggap terlalu berat.
  Tidak atau kurang memahami komitmen yang diambil (karena terlalu tergesa-gesa mengambil komitmen dan atau hanya ingin menyenangkan lingkungan).
  Keraguan terhadap kemampuan menjalankan komitmen.
  Tidak merasakan manfaat dari komitmennya

5.  Lingkungan
  Tidak memiliki dukungan yang cukup.

Kegagalan seseorang untuk konsisten dalam komitmennya, juga ketika mereka terlibat dalam KTB, biasanya tidak disebabkan oleh salah satu unsur saja, tapi perpaduan yang kompleks. Namun, pada umumnya unsur utama kegagalan berkomitmen adalah masalah rohani. Banyak contoh pengalaman hidup orang yang sangat setia di dalam komitmennya ditengah berbagai kelemahan diri dan kesulitan karena mereka memiliki kerohanian yang sehat. Oleh sebab itu, memahami kegagalan komitmen seseorang, perlu meneliti kondisinya secara menyeluruh, terutama kondisi kerohaniannya. Dengan demikian pertolongan dapat diberikan secara efektif.
III.  KOMITMEN DAN KONSISTEN DALAM KTB
Sebagian besar orang tidak konsisten dalam berkomitmen dalam KTB karena kerohanian yang tidak sehat dan adanya kelemahan pribadi. Namun tidak sedikit kegagalan berkomitmen dalam KTB karena adanya masalah teknis dalam KTB, seperti antara lain,
1. Konsep KTB yang tidak tepat
2. Kurang memahami dampak (pentingnya) KTB bagi pertumbuhan imannya, sehingga tidak memprioritaskan pertemuan KTB.
3.KTB yang diikuti/dipimpin dirasakan kurang menyenangkan dan atau mendatang-kan "trauma" tertentu.
Bagi PKK baru, biasanya karena merasa, antara lain:
- Belum cukup percaya diri untuk memimpin
- Merasa belum ada bekal yang cukup, sehinga tidak mampu menjawab pertanyaan AKK.
- Menghadapi AKK yang dianggap "sulit"
- Merasa tidak dihargai oleh AKK.
- Merasa tidak ada perubahan pada AKK yang diharapkan (tidak sesuai target)
Bagi anak KTB, biasanya karena merasa, antara lain:
-  Terpaksa, terdesak, dan tanpa pengertian yang cukup ketika berjanji mengikuti KTB.
-  Merasa terus didesak melakukan hal-hal yang dianggap kurang mampu dikerjakan (bersaksi, dan berbagai proyek ketataan yang lain).
-  Tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
- Merasa tidak asing dalam kelompok.
Oleh sebab itu, salah satu bentuk antisipasi yang efektif supaya tidak terjadi kegagalan AKK berkomitmen dalam KTB adalah memberi pemahaman yang utuh dan konsekwensinya mengikuti KTB sebelum terlibat dalam KTB. Sedang bagi PKK baru, diperlukan pendampingan yang terus menerus dari PKK lama yang mendampinginya, yang berfungsi untuk menolong mengatasi permasalahan dalam KTB dan memberi dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya.
PENUTUP
  Tidak mudah mengenali perasaan, pikiran dan sikap manusia, apalagi mengubahnya. Demikian juga mengenali penyebab sesungguhnya ketidakkonsistenan seseorang berkomitmen dalam KTB dan menolongnya menjadi konsisten. Namun, banyak pengalaman PKK membuktikan bahwa Tuhan berkarya secara unik mengerjakan hal ini melalui doa-doa, kesetiaan dan perhatian PKK kepada setiap AKK. Oleh sebab mari kita sebagai PKK tetap bertekun. Jika Anda, AKK, mari kita belajar tetap konsisten dalam berkomitmen dalam KTB, karena hal ini sehat bagi Anda. ?
TIPS:
Ada 5 pertanyaan perenungan untuk mengenali apakah Anda nantinya tetap konsisten dalam berkomitmen yang sudah Anda buat. 5 pertanyaan perenungan tersebut, adalah sebagai berikut,
1.  Ujilah apakah komitmen yang Anda ambil saat ini sudah proposional.
2.  Ujilah apakah Anda termasuk seorang yang setia dengan komitmen Anda
3.  Temukan penyebab utama kegagalan Anda berkomitmen selama ini.
4. Apakah Anda mendapatkan dukungan dalam menjalankan komitmen Anda?
5. Apakah hidup rohani Anda cukup sehat?
Jawablah dengan jujur dan ambillah tindakan dengan benar. Selamat menguji diri! Tuhan memberkati.


[1] Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengertian komitmen adalah perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu; kontrak. Sedangkan, pengertian janji adalah perkataan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Jadi komitmen berarti memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan janji. Biasanya istilah komitmen digunakan untuk hal-hal penting.


Komentar