KEPRIBADIAN
ANTISOSIAL: FOKUS PADA WHITE-COLLAR CRIME (WCC)
oleh
Ivana Sajogo
1.
PENDAHULUAN
Gangguan
kepribadian antisosial, awalnya menunjukkan kelompok perilaku kriminal yang
terjadi. Psikopat ditentukan oleh karakter pribadi dan perilaku sosial yang
menyimpang. Kebanyakan kriminal bukanlah psikopat, namun banyak individu yang
bekerja di “bawah bayangan hukum” tetap bebas sebagai psikopat. (Hare, 2006)
Dalam
perspektif WCC tidak mudah menggambarkan suatu makna, menarik, karena
menyangkut dan menyentuh aspek yang dilihat tetapi tidak dilihat, yaitu
terlibatnya individu terhormat dalam suatu komunitas/negara. Mereka diharapkan
memberi contoh dan teladan, ternyata menjadi kapten korporasi. Jika awalnya
diarahkan kepada perbuatan, dalam perkembangan diarahkan kepada individu yang
melakukan dan selanjutnya korporasi itu sendiri. (Sahetapy, 1994)
2.
PSIKOPAT, SOSIOPAT DAN ANTISOSIAL
Secara
harafiah psikopati berarti sakit jiwa-berasal dari kata psyche, jiwa
dan pathos, penyakit. Masyarakat awam menyebutnya “gila” (Hare, 2006)
Pada
tahun 1952 dalam psikiatri terjadi revisi nomenklatur kepribadian psikopatik
menjadi kepribadian sosiopatik. Tahun 1968, terminologi kepribadian sosiopatik berubah
menjadi bentuk gangguan kepribadian antisosial, yang dipakai sampai sekarang
ini. (Cleckley, 1988; Rodrigo, 2010)
Ciri-ciri
psikopat menurut Psychopathic Checklist-Revised sebagai berikut:
fasih berbicara dengan daya tarik yang superfisial, merasa diri berharga,
berbohong, menipu dan manipulatif, emosi dangkal atau kurangnya rasa bersalah,
kurangnya empati dan sifat tidak berperasaan, gaya hidup parasit, rendahnya
kontrol perilaku, perilaku seksual yang sembarangan, tidak realistik, impulsif,
tidak bertanggung jawab, gagal mengerjakan tanggung jawab pribadi, relasi
pernikahan yang pendek, kenakalan masa remaja, pandai dalam tindak kriminal.
(Pasanen & Lee, 2008; Blair, 2010; James, 2010)
Sosiopat
hanya peduli terhadap keinginan dan kebutuhan mereka, sangat selfishness dan
egosentris. Terbanyak pada pria, meningkat juga pada wanita. Mereka memiliki
temperamen normal, beberapa bersikap agresif, tidak punya rasa takut, yang lain
dikenal sebagai manipulator. (James, 2010)
3.
MEMAHAMI KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
Banyak
pembaca terkejut mengetahui beberapa sifat terbaik mereka menunjukkan ciri-ciri
kepribadian antisosial, dalam bentuk pasif, contoh Christopher Columbus.
Petualangan membuat mereka dikagumi dan disebut jantan. Mereka adalah orang
yang menyukai tantangan, menganggap orang-orang dapat menjaga diri mereka
sendiri, persuasif secara interpersonal dan enggan untuk menetap. Di masa kanak
dan remaja mereka nakal, pemberani dan kuat saat dewasa. (Millon & Davis,
2000)
Dissenting
Personality (kepribadian yang kerap berselisih) mewakili varian antisosial
lingkup normal, sedikit lebih patologis. Melakukan segala hal dengan cara
mereka sendiri, mau menanggung konsekuensinya, kadang bermain-main dengan batas
hukum untuk mengejar tujuan/keinginannya. Mereka melihat diri sendiri sebagai
orang merdeka, berotonomi. Otoritas dipandang rendah. Tidak suka rutinitas
sehari-hari, impulsif, tidak bertanggung jawab, dapat memotivasi diri sendiri dan
sangat kaya ide/kreatif. (Millon & Davis, 2000)
Pribadi
yang menderita disorder secara konsisten melanggar norma sosial
melalui aktifitas ilegal, sementara style antisosial meletakkan
sistem nilai dirinya diatas nilai kelompok. Jika pasien gangguan menggunakan
berbagai bentuk kebohongan untuk mencapai tujuannya, style pribadi
antisosial sangat licin, cenderung menyiasati dan memutar fakta demi
keuntungannya tanpa harus nyata-nyata berbohong. Jika pasien gangguan terlalu
impulsif untuk mempertimbangkan konsekuensi tindakannya, style pribadi
antisosial terlalu mengasihi diri sendiri, tetapi tahu kapan ia harus menunda
melakukan sesuatu demi kepuasan diri, karena jika tidak hal itu akan melanggar
norma sosial atau akan melukai diri sendiri atau orang lain. Jika pasien
gangguan mudah marah, agresif sampai berkelahi atau menyerang
berulang-ulang, style pribadi antisosial bertindak asertif dalam
menciptakan kesan kehadirannya secara fisik. Jika pasien gangguan secara
sembrono mengabaikan keselamatan dirinya dan orang lain, style antisosial
melihat diri sendiri sebagai orang yang lebih resistant terhadap
risiko, tidak sembrono. Jika pasien gangguan secara konsisten tidak
bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan kewajiban keuangannya, style pribadi
antisosial lebih suka merdeka dan menghabiskan uang untuk bersenang-senang
sekarang daripada menabung dengan bijaksana untuk masa depan. Akhirnya, jika
pasien gangguan tidak memiliki nurani/kesadaran dan merasionalisasi eksploitasi
terhadap orang lain, style pribadi antisosial secara agresif/impulsif
melayani dirinya sendiri tetapi dalam batas moral, sosial dan hukum. (Millon
& Davis, 2000; Gabbard, 2005)
4.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi Antisocial
Personality Disorder (ASPD) 2-3% populasi di Amerika. Mereka ditemukan di
daerah tengah kota yang miskin, banyak yang drop out dari sekolah.
Populasi ASPD di penjara kira-kira 75%. Perbandingan laki dan
perempuan bervariasi dari 4:1 hingga 7,8:1. Onset terjadinya sebelum usia 15
tahun. Pada laki-laki dapat lebih awal. (Cameron & Rychlak, 1985;
Farrington & Coid, 2003; Gabbard, 2005; Sadock & Sadock, 2007)
Antisosial
dapat timbul pada perempuan. Perempuan yang menarik, menggairahkan dengan
pesona interpersonal, manipulatif sering dianggap histeria, histrionik
dan borderline. Setiap orang akan memberinya keuntungan tanpa ragu-ragu.
Pola familial, 5 kali lebih sering pada sanak saudara first degree dari
laki-laki. (Gabbard, 2005; Sadock & Sadock, 2007)
5.
ETIOLOGI
5.1
BIOLOGI
Antisosial
merupakan gangguan moral brain. Area yang mengalami disfungsi adalah
amigdala, bagian sistem limbik yang berperan dalam emotional learning, aversive
conditioning, respon terhadap rasa takut dan emosi lain. Amigdala mengolah
emosi signifikan dari rangsangan eksternal, berinteraksi dengan hipokampus
(tempat menyimpan memori emosi) dan berinteraksi dengan fungsi kognitif korteks
orbitofrontal dalam merespon suatu rangsangan. Amigdala memungkinkan individu
untuk belajar sesuatu (object) atau perilaku yang baik dan buruk, sehingga
sangat berperan dalam pengambilan keputusan secara moral. Hal ini karena
amigdala mempunyai hubungan timbal balik (reciprocal) dengan korteks temporal.
Oleh sebab itu individu antisosial dengan gangguan pada amigdala akan sulit
untuk bersosialisasi (Pasanen & Lee, 2008; DeLisi, 2009; Blair, 2010)
Selain
amigdala, ventromedial prefrontal cortex (vmPFC) juga berperan dalam
perkembangan dan pengambilan keputusan secara moral serta mempertahankan
perilaku sosial yang dapat diterima. Informasi yang dihasilkan amigdala tidak
hanya dikirim ke temporal dan korteks visual, namun dikirim juga ke vmPFC dan
korteks orbitofrontal. Korteks orbitofrontal berperan dalam mengontrol emosi
dan menilai positive/negative reinforcement. Hipoaktifitas dari amigdala
dan korteks orbitofrontal, seperti juga disfungsi vmPFC menunjukkan
kepribadian yang keras kepala dan tidak berperasaan. (Pasanen & Lee, 2008;
DeLisi, 2009; Rodrigo, 2010)
Peranan
serotonin, kortisol dan testosteron dalam perilaku agresi dan antisosial telah
dibuktikan. Fungsi kortisol secara fisiologis mempersiapkan individu untuk
kondisi yang sulit, membuat individu sensitif terhadap rasa takut dan melakukan
penarikan diri yang tepat. (Rodrigo, 2010)
5.2
GENETIK DAN POLA ASUH
Penelitian
pada anak kembar membuktikan bahwa faktor genetik mempengaruhi perkembangan
antisosial. Angka kriminalitas 2-3 kali lebih tinggi pada kembar monozigot
dibandingkan kembar dizigot. (Gabbard, 2005)
Corley,
menganalisa single nucleotide polymophism pada sampel remaja yang
berperilaku antisosial dan pecandu obat, didapatkan 2 gen yang berpengaruh
yaitu CHRNA2 dan OPRM1. CHRNA2 akan mengkode pada reseptor α 2 nikotinik (mirip
pada skizofrenia) dan reseptor µ opiod (berperan pada penyalahgunaan zat).
(Millon & Davis, 2000; Rodrigo, 2010)
Salah
satu faktor risiko terburuk bagi perilaku antisosial adalah callous-unemotional (CU)traits,
digambarkan sebagai kurangnya empati, kurangnya perasaan bersalah, miskinnya
ekspresi emosi, relatif stabil dalam masa kanak-kanak sampai remaja.
Kepribadian ini menunjukkan sub-kelompok yang penting dari antisosial dan
kenakalan remaja. Peneliti behavioral genetics yakin faktor
keturunan CU traits sangat kuat. Mereka menemukan gen kekerasan
dan perilaku antisosial menempati lokasi spesifik di otak. Begitu pula gen yang
mempengaruhi fungsi amigdala, meliputi gen tryptophan hydroxylase-2,
gen neuropeptide Y, dopamine catabolic enzyme
catechol-O-methyltransferase dan MAO-A. (Kimonis, 2008; DeLisi, 2009)
6.
VARIASI KEPRIBADIAN ANTISOSIAL (Millon & Davis 2000)
Ragam
antisosial dibawah ini, menggambarkan kombinasi gagasan yang diwariskan
langsung oleh teori evolusi.
Lima
Variasi Kepribadian Antisosial
Sumber
: Millon & Davis 2000, ‘The Antisocial Personality’, in Personality
Disorder in Modern Life, New York : John Wiley & Sons Inc., p.102-36
7.
MEMAHAMI WCC (Sahetapy, 1994; Weisburd & Waring, 2001; Strade,
2002; Baker, 2004; Shuan, 2010)
Terlepas
dari makna, perumusan serta ruang lingkup kejahatan korporasi, istilah yang
acapkali digunakan adalah WCC, organizational crime, organized crime,
georganiseerde misdaad, groepscriminaliteit, misdaad onderneming, business
crime, syndicate crime. Kejahatan korporasi, bukanlah suatu barang baru;
yang baru adalah kemasan, bentuk serta perwujudannya. Sifatnya dasarnya sama,
bahkan dampaknya yang merugikan masyarakat sudah dikenal sejak jaman dahulu.
Kriminologis
dan sosiologis, Edwin Sutherland adalah orang pertama yang mempopulerkan
istilah “WCC” di tahun 1939. Ia menggambarkan sebuah kejahatan yang dilakukan
oleh seorang terhormat, memiliki status sosial tinggi, jaringan operasi besar
dan organisasi yang kuat. Termasuk yang dilakukan badan hukum/badan legal
lainnya. Berupa penipuan dan penggelapan pajak.
Henderson
(1901), pengajar di University of Chicago telah berbicara tentang “educated
criminals”. Pemikirannya banyak dipengaruhi pemahaman religius, bahwa
pendidikan yang seharusnya menjadi dasar bangunan moral, ternyata membuka jalan
untuk pelbagai kejahatan. Edward Alsworth Ross (1907), pengajar di University
of Stanford menulis buku Sin and Society, menekankan aspek moral dan
menyebut para pemimpin korporasi yang melakukan kejahatan korporasi sebagai “criminaloid”,
termasuk corporate executives, para hakim yang korup, yang menerima uang
suap (corrupt judges). Ross menggambarkan mereka sebagai manusia serigala
berbulu domba.
Paul
Tappan (1911-1964), seorang doktor bidang sosiologi dan ilmu hukum, menekankan
aspek yuridis, apakah orang yang dinyatakan bersalah sudah diproses secara
hukum dan dipidana. Perbedaan menunjukkan persepsi yang bersifat gradasi, dari
perbuatan (fase pertama) ke orang (fase kedua) dan kemudian pada korporasi
(fase ketiga), berikut akan bergeser ke fase keempat yaitu faktor kolusi antara
para birokrat yang berkedudukan dan berkuasa dalam pemerintahan dengan para
pimpinan korporasi.
Merujuk
pada Nook Y (1993) dan Ruin JE (1996), tiga penyebab utama WCC yaitu
: 1) peluang melakukan kejahatan, 2) tekanan situasi pada individu, 3)
persoalan yang menyinggung integritas.
8.
KEJAHATAN DAN KEPRIBADIAN (Millon & Davis, 2000; Reid, 2011)
Pada
pinggir batas normal dan patologis, ditemukan orang-orang yang tidak pernah
berkonflik dengan hukum, karena mereka sangat efektif menutupi jejaknya.
Orang-orang ini memiliki kesediaan untuk menipu dan mengeksploitasi orang lain
tanpa rasa bersalah, kendali diri yang telah direncanakan dahulu seringkali
membuat mereka tampak lebih sadis daripada si antisosial. Tipe-tipe ini
termasuk para industrialis dan wiraswasta yang mengambil manfaat di area
abu-abu hukum. Bagi politisi, dusta dan bermulut ganda adalah talenta yang
diperlukan untuk bertahan. Ketika terpojok, mereka memusatkan perhatian untuk
meredakan situasi dan berbohong. Mereka dengan sengaja menciptakan kebijakan
publik yang begitu kompleks, sehingga aspek apapun dapat diarahkan untuk
memberi kesan akan perhatian khusus pada kejadian itu. Mereka semua adalah “premeditating
antisocial” (pribadi antisosial perencana yang telah memikirkan matang tindakan
yang akan dilakukan).
9.
PSIKODINAMIKA (Cameron & Rychlak, 1985; Millon & Davis, 2000)
Freud
membayangkan 3 struktur dalam pikiran id, ego dan superego. Id, paling
primitif dari personality dan satu-satunya yang ada sejak lahir,
bekerja berdasarkan prinsip kesenangan. Dorongan seksual dan yang agresif harus
segera direspon langsung: jika seseorang membuatmu marah, bunuhlah.
Pertama, reward dapat
diperoleh dengan mengikuti urutan tingkah laku tertentu, misalnya, sebuah mobil
baru membutuhkan uang, berarti membutuhkan perkerjaan layak, dimana membutuhkan
pendidikan/latihan tertentu. Inilah yang dikerjakan oleh “ego”. Ego bekerja
berdasarkan prinsip realitas.
Kedua,
batasan pemenuhan keinginan dipaksakan oleh superego. Melalui peran model penuh
kasih tetapi tegas, anak-anak normal belajar bahwa orang lain merupakan
individu berbeda, memiliki perasaan dan kemampuan yang berbeda, tetapi sama
berharganya seperti dirinya sendiri. Dalam diri orang normal, superego yang
dewasa berkembang menjadi parental values dan larangan-larangan
diinternalisasi sebagai conscience/kesadaran/hati nurani dan ego ideal.
Ego ideal terdiri dari nilai-nilai yang mengarah kepada aktualisasi diri, apa
yang seharusnya dilakukan seseorang untuk memperoleh self-esteem dan
memenuhi potensi khusus seseorang sebagai manusia.
Kepribadian
antisosial mudah dimengerti dalam kerangka klasik psikoanalitis, ego
berkembang, tetapi superego tidak berkembang. Akibatnya seluruh kepribadian
didominasi oleh “id kanak-kanak“ beserta prinsip mengutamakan kesenangan. Sama
seperti id tidak memiliki toleransi atas rasa frustasi, pula antisosial. Mereka
hanya dapat dihalangi oleh ancaman hukuman yang konkrit.
10.
DIAGNOSIS GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
Kriteria
DSM-IV-TR (Gabbard, 2005; Sadock & Sadock, 2007) :
Terdapat
pola pervasif dari sikap acuh tak acuh dan kekerasan untuk berkuasa atas orang
lain sejak 15 tahun, yang terdiri dari 3 atau lebih :
Gagal
untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial dan hormat pada tindakan
berdasarkan hukum, ditandai dengan berkali-kali melakukan tindakan yang
merupakan alasan ia ditahan
Ketidakjujuran,
ditandai bohong berulang-ulang, menggunakan nama lain/menipu
Impulsivitas/kegagalan
untuk merencanakan sesuatu
Mudah
tersinggung, agresif, ditandai perkelahian berulang kali/penyerangan
Sikap
acuh tak acuh yang sembrono terhadap keselamatan diri sendiri/orang lain
Tindakan
tidak bertanggung jawab yang konsisten ditandai dengan kegagalan berulang dalam
mempertahankan perilaku bekerja yang konsisten/menghormati kewajiban keuangan
Kurangnya
rasa penyesalan ditandai dengan biasa saja/merasionalisasi dirinya disakiti,
dicuri, dianiaya oleh orang lain
Berusia
minimal 18 tahun
Bukti
terjadinya gangguan tingkah laku timbul sebelum 15 tahun
Timbulnya
perilaku antisosial yang tidak terjadi pada keadaan skizofrenia/episode manik
12.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan
biasanya dipaksakan/disertai ancaman/mungkin dikeluarkan dari sekolah/dipecat
dari pekerjaan/dihadapkan pada perceraian/dipenjarakan. Terapi farmakologis dan
terapi individual tidak efektif bagi antisosial murni. Beberapa terapis
percaya, perubahan seiring bertambahnya usia. Selama terapi, pasien-pasien ini
dapat berbohong, curang, mencuri, mengancam dan memperdaya. (Millon &
Davis, 2000; Gabbard, 2005)
Antisosial
dan perilaku agresif pada remaja yang menunjukkan CU trait disarankan
memakai metode terapi fisik seperti electric shock. Bila gangguan sangat
berat dapat dilakukan prefrontal lobotomy, topectomy dan transorbital
lobotomy. (Cleckley, 1988; Kimonis, 2008)
Salah
satu terapi yang berkembang sejak akhir tahun 1970-an yaitu Multisystemic
Therapy(MST), melibatkan individu, keluarga dan lingkungan/extrafamilial (peer,
sekolah, tetangga). Pendekatannya sangat kompleks. Target utama MST adalah
mengurangi aktivitas kriminal remaja, menurunkan perilaku antisosial bentuk
lain seperti drug abuse, mengurangi pengeluaran biaya dengan menurunnya
penahanan.
13.
PROGNOSIS
Sekali
gangguan kepribadian antisosial berkembang, perjalanannya akan terus menerus,
perilaku antisosial memberat, biasanya terjadi pada remaja akhir. Prognosisnya
bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan berkurangnya gejala pada usia tua.
(Sadock & Sadock, 2007)
14.
RINGKASAN
Semua
psikopat adalah antisosial namun tidak semua kepribadian antisosial adalah
psikopat. (James, 2010) Faktor lingkungan memang menghasilkan perilaku agresi,
tidak adanya emosi dan sifat tidak berperasaan, namun ternyata aspek biologi
memegang peran penting. Dua area penting di otak yang berperan terhadap
disfungsi psikopatik adalah amigdala dan vmPFC. (Pasanen & Lee, 2008;
DeLisi, 2009; Blair, 2010; Rodrigo, 2010) Penggunaan pelbagai istilah atau
ungkapan tidak lebih memudahkan permasalahan yang bertalian dengan wcc.
Makin diperkenalkan istilah ditambah unsur baru, maka persoalan menjadi tambah
rumit. (Sahetapy, 1994) Kepribadian dan kejahatan dihubungkan melalui 2 jalur.
Pertama, secara ciri kepribadian dihubungkan dengan perilaku antisosial. Kedua,
melalui pernyataan individu yang memiliki kepribadian antisosial. (Reid, 2011)
Prognosis yang ada bervariasi. (Sadock & Sadock, 2007) Kemungkinan
perubahan bertambah besar seiring penambahan usia pasien. (Millon & Davis,
2000)
DAFTAR
PUSTAKA
Baker
JS Jr, 2004, ‘The Sociological Origins of White-Collar Crime’, in Legal
Memorandum, No.14, Published by The Heritage Foundation, www.heritage.org/research/legalissues/lm14.cfm.
Blair
RJR, 2010, ‘The Amygdala and Ventromedial Prefrontal Cortex in Morality and
Psychopathy’, TRENDS in Cognitive Sciences, vol.11, no.9. http://www.sciencedirect.com.
Cameron
N & Rychlak JF, 1985, ‘Personality and Substance Use Disorders’, in Personality
Development and Psychopathology A Dynamic Approach, 2nd edn, Houghton
Mifflin Company, Chicago, p.461-62.
Cleckley
H, 1988, ‘Some Questions Still Without Adequate Answers’, in The
Mask of Sanity, 5th edn, CV Mosby Co, Georgia-USA, p.438.
Cleckley
H, 1988, ‘An Outline of The Problem’, in The Mask of Sanity, 5th edn, CV
Mosby Co, Georgia-USA, p.11.
DeLisi
M et al, 2009, ‘The Criminology of The Amygdala’, in Criminal Justice and
Behavior, 36; 1241. http://cjb.sagepub.com
Farrington
DP, Coid JW, 2003, ‘Early Prevention of Adult Antisocial Behavior’. Published
by The Press Syndicate of The University of Cambridge, p1-26. http://www.cambridge.com
Gabbard
GO, 2005, ‘Cluster B Personality Disorders’, in Psychodynamic Psychiatry
in Clinical Practice, 4th edn, American Psychiatric Publishing Inc.,
USA, p.513-39.
Hare
RD, 2006, ‘Tanpa Nurani’, dalam Aziza L (ed), PT. Graha Media Medika, Jakarta,
p.1-210.
James
BL, 2010, ‘Antisocial Personality, Sociopathy and Psychopathy’, in Personality
100.com. http;//www.personalitybook.com
Kimonis
ER et al, 2008, ‘Assessing Callous–Unemotional Traits in Adolescent Offenders:
Validation of the Inventory of Callous–Unemotional Traits’, International
Journal of Law and Psychiatry, 31 241–252.
Millon
T & Davis R, 2000, ‘The Antisocial Personality’, in Personality
Disorder in Modern Life, John Wiley & Sons Inc., New York, p.102-36.
Multisystemic
Therapy at A Glance, 2004, in MST Treatment Model,. http://www.mstservices.com,
Pasanen
A & Lee A, 2008, ‘Morality and Psychopathy’, in Cognitive
Neuroscience, p.1-11.
Reid
JA, 2011, ‘Crime and Personality : Personality Theory and Criminality Examined.
Student Pulse’ Academic Journal, vol. 3, issue 1. http://ww.studentpulse.com
Rodrigo
C et al, 2010, ‘ The Antisocial Person: An Insight In To Biology Classification
and Current Evidence on Treatment’, Annals of General Psychiatry,
9:31. http://www.annals-general-psychiatry.com/content/9/1/31.
Sadock
BJ & Sadock VA, 2007, ‘Personality Disorders’, in Grebb JA, Pataki CS,
Sussman N (eds), Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th edn, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia, p.798-99.
Sahetapy
J, 1994, ‘Kejahatan Korporasi’, PT. Eresco, Bandung, Indonesia, p1-44.
Shuan
SLH, 2010, ‘White-Collar Crime in Malaysia’, p.1-13.
Strade
JK, 2002, ‘Introduction to White-Collar Crime’, in Understanding White
Collar Crime. Lexis Nexis, San Fransisco, p.1-13. http://www.lexis.com (sitasi 25 Nopember
2010).
Weisburd
D, Waring E, 2001, ‘White-Collar Crime and Criminal Careers’, Published by The
Press Syndicate of The University of Cambridge, p.1-26. http://www.cambridge.com
Sumber
Gambar Cover : http://kreasihendrynoer.blogspot.com/p/anti-social.html
Komentar
Posting Komentar