JANGAN MALU (2 Timotius 1:8-12)


JANGAN MALU (2 Timotius 1:8-12) 
oleh Victor Kurniawan

Saya memiliki seorang sahabat yang selalu mengatakan demikian ketika ditanyakan asalnya, "Saya berasal dari Dusun Ngandong, Desa Pakem, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.” Suatu ketika saya bertanya kepadanya, “Kenapa dirimu ketika ditanyakan asalmu, selalu mengeluarkan jawaban yang sama dari dulu sampai sekarang, padahal sekarang kamu tinggal di Solo?” Dia menjawab dengan sederhana, “alasannya satu, karena aku bangga dengan tempat itu, tempat kelahiran, pertobatan, dan awal dari kehidupan yang aku nikmati hari ini”. Dia tidak malu mengakui desa terpencil di Jawa Tengah sebagai salah satu identitas karena tempat itu memiliki makna untuk dirinya.
Ketika membaca bagian ini, tampak Paulus memiliki sebuah kebanggan yang sama. Paulus sedang dalam pemenjaraan di Roma saat itu, yang disebabkan karena pemberitaan Injil yang dilakukannya (ay. 12). Namum, Paulus tak malu dengan Injil, bahkan meminta Timotius untuk juga tidak malu. Tidak hanya itu, Paulus mengundang Timotius untuk turut ambil bagian dalam pemberitaan Injil (ay. 8). Mengapa? Karena Injil telah menjadi bagian hidupnya, menyentuh hidupnya, dan dia telah dipanggil untuk memberitakannya, maka tidak ada alasan untuk malu (ay. 11). Selain itu, Injil juga memiliki kuasa yang sangat besar untuk mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup kekal (ay. 10), sehingga haruslah diberitakan.
Dalam pelayanan kita di komponen siswa, mahasiswa, dan alumni, kita diundang seperti Timotius untuk terus menyatakan kisah Injil yang penuh kuasa dengan tidak pernah malu. Kisah tersebut harus terus dikisahkan melalui pelayanan yang kita lakukan, sebab ada tiga hal yang akan dicapai, tranformasi personal, komunitas, dan bangsa. Tanpa malu, mari kita kisahkan dan hidupkan Injil yang penuh kuasa itu diantara siswa, mahasiswa, dan alumni terus menerus apa pun resikonya demi kehendak Allah dan hadirnya transformasi di tengah bangsa ini.


Komentar