Jadilah
Orang Berbahaya
oleh
Sendjaya
Di
meja kerja saya ada sebuah kalender meja yang setiap hari berisi kutipan
mutiara yang seringkali thought-provoking. Hari ini, misalnya, ia berbunyi
demikian:
"Nothing is more dangerous than an idea, when a man has only one idea" (Alain)
Penulisnya si Alain memang tidak pernah terdengar namanya, tapi apa yang ia tulis membuat saya berpikir bahwa betapa berarti hidup seseorang jika ia mengisinya dengan mengejar sebuah ide. Benar, satu ide saja!
Karena orang tersebut bukan saja mengejar ide tersebut sampai ia menguasainya. Namun bahkan ide tersebut menguasai dia, lalu menular bagai epidemi, menguasai orang lain. Bahkan ada orang yang bahkan masih mempengaruhi orang lain meski ia sudah ada di liang kubur. Hidup orang demikian menjadi berarti, bahkan berbahaya!
A man of one idea (atau a woman of one idea), tentu bisa jadi orang yang berbahaya secara negatif. Contoh paling kontemporer barangkali adalah Osama bin Laden (OSL). OSL ini punya satu ide yang grand dalam hidupnya, yaitu berjuang sampai titik kematian melawan sekelompok besar manusia yang dianggapnya sebagai musuh-musuh Allah. Sejak ia mendeklarasikan perang dengan Amerika th 1996 dari pegunungan Hindu Kush yg primitif di Afghanistan, idenya menjalar secara global ke seluruh pelosok dunia modern.
Namun jangan lupa, seseorang dengan satu ide juga bisa menjadi orang yang berbahaya dalam arti positif. Martin Luther King, Jr. menginvestasikan seluruh hidupnya untuk 1 ide: menghapus diskriminasi terhadap Afro-American dgn non-violence resistance. Sampai hari ini, kita masih mengenangnya pada hari Martin Luther King, Jr.
Bob Pierce memiliki satu ide mewujudkan dunia dimana tidak ada lagi kelaparan, penyakit, dan nihilnya pengharapan. Dengan segala tenaga, ia mencoba merealisasikan itu meski ia tahu bahwa dalam dunia yang dalam nature kejatuhan, tidak mungkin itu tercapai secara tuntas. Hari ini apa yang menjadi idenya berkembang menjadi "the world's largest Christian international relief and development agency", yaitu World Vision.
Mahatma Gandhi, Ibu Teresa, Brother Andrew, Dawson Trotman, Romo Mangun, Romo Sandy, Billy Graham, Thomas Edison, Adolf Hitler, Albert Einstein, Sigmund Freud, Karl Marx, Jim Jones, Lee Iococca, dst...dst... serta ribuan pahlawan dan bandit yg kita tidak kenal (unsung heroes and villains) dalam sejarah dunia memiliki pola yang sama: hidup dengan satu ide.
Apa ada benang merah dari semua orang diatas? Ada, mereka dianggap berbahaya oleh penguasa/rejim yang merasa terganggu oleh ide mereka.
Dalam terminologi Kristen, ide tersebut seringkali disebut sebagai visi atau panggilan hidup (calling) yang kita terima dari Allah. "This one thing I do", kata Paulus, dan ia menjadi change agent yg efektif di abad-abad pertama dalam perjalanan misionarinya.
Sayangnya, banyak orang tidak mau menjadi orang yang berbahaya. Ada banyak alasan. Pertama, mungkin ia yg tidak menyadari ide/ visi apa yang ia miliki dalam hidupnya. Kedua, mungkin ia tahu dan sadar apa ide/visinya, namun tidak berani menghidupinya dengan radikal atau lebih tertarik dengan tawaran 1001 macam ide lainnya yg lebih pragmatis, materialis, dan manis.
Terlalu banyak yang memilih menjadi "Yunus" dan "Demas", menolak vokasi hidupnya. Terlalu banyak yang memilih hidup berdasarkan UUD (Ujung-ujungnya Duit). Hidupnya terlalu remeh untuk dianggap berbahaya.
Ingin menjadi orang berbahaya tentu ada harganya. Ada yang disalah mengerti, dijauhi, dihianati, dimusuhi. Ada juga yang dicaci maki, dipenjara, dipukuli, bahkan sampai mati. Pendek kata, sengsara.
Yang menarik, sejarah hidup Yesus Tuhan kita juga demikian. Begitu berbahayanya Dia bagi stabilitas nasional pada waktu itu dengan satu idenya ttg Kerajaan Allah, sampai Ia harus disalib bagai seorang penjahat besar. Hidupnya yang sekitar 30 tahun lebih sedikit itu disingkat dalam Pengakuan Iman Rasuli dengan satu kalimat, "yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus."
Merenungkan semua hal diatas, saya jadi berpikir, kalau kita tidak jadi orang yang berbahaya bagi orang lain, mungkin hidup kita sudah masuk dalam bahaya. Bahaya karena berarti hidup ini menjadi sembarangan dan tidak berarti. An unexamined life is not worth living, demikian kata Socrates.
Perenungan diatas mau tidak mau menggiring saya pada hipotesa sementara sebagai berikut: Kalau Anda bukan seorang yang berbahaya, hidup Anda mungkin sedang berada dalam bahaya.
Tentu ada perkecualian dalam hipotesa diatas. Hipotesa tersebut tidak berlaku bagi orang gila. Karena secara natur, orang gila itu sudah berbahaya, terlepas dia punya 1 ide atau 1001 ide.
Sendjaya
Melbourne, 23 Oktober 2002
"Nothing is more dangerous than an idea, when a man has only one idea" (Alain)
Penulisnya si Alain memang tidak pernah terdengar namanya, tapi apa yang ia tulis membuat saya berpikir bahwa betapa berarti hidup seseorang jika ia mengisinya dengan mengejar sebuah ide. Benar, satu ide saja!
Karena orang tersebut bukan saja mengejar ide tersebut sampai ia menguasainya. Namun bahkan ide tersebut menguasai dia, lalu menular bagai epidemi, menguasai orang lain. Bahkan ada orang yang bahkan masih mempengaruhi orang lain meski ia sudah ada di liang kubur. Hidup orang demikian menjadi berarti, bahkan berbahaya!
A man of one idea (atau a woman of one idea), tentu bisa jadi orang yang berbahaya secara negatif. Contoh paling kontemporer barangkali adalah Osama bin Laden (OSL). OSL ini punya satu ide yang grand dalam hidupnya, yaitu berjuang sampai titik kematian melawan sekelompok besar manusia yang dianggapnya sebagai musuh-musuh Allah. Sejak ia mendeklarasikan perang dengan Amerika th 1996 dari pegunungan Hindu Kush yg primitif di Afghanistan, idenya menjalar secara global ke seluruh pelosok dunia modern.
Namun jangan lupa, seseorang dengan satu ide juga bisa menjadi orang yang berbahaya dalam arti positif. Martin Luther King, Jr. menginvestasikan seluruh hidupnya untuk 1 ide: menghapus diskriminasi terhadap Afro-American dgn non-violence resistance. Sampai hari ini, kita masih mengenangnya pada hari Martin Luther King, Jr.
Bob Pierce memiliki satu ide mewujudkan dunia dimana tidak ada lagi kelaparan, penyakit, dan nihilnya pengharapan. Dengan segala tenaga, ia mencoba merealisasikan itu meski ia tahu bahwa dalam dunia yang dalam nature kejatuhan, tidak mungkin itu tercapai secara tuntas. Hari ini apa yang menjadi idenya berkembang menjadi "the world's largest Christian international relief and development agency", yaitu World Vision.
Mahatma Gandhi, Ibu Teresa, Brother Andrew, Dawson Trotman, Romo Mangun, Romo Sandy, Billy Graham, Thomas Edison, Adolf Hitler, Albert Einstein, Sigmund Freud, Karl Marx, Jim Jones, Lee Iococca, dst...dst... serta ribuan pahlawan dan bandit yg kita tidak kenal (unsung heroes and villains) dalam sejarah dunia memiliki pola yang sama: hidup dengan satu ide.
Apa ada benang merah dari semua orang diatas? Ada, mereka dianggap berbahaya oleh penguasa/rejim yang merasa terganggu oleh ide mereka.
Dalam terminologi Kristen, ide tersebut seringkali disebut sebagai visi atau panggilan hidup (calling) yang kita terima dari Allah. "This one thing I do", kata Paulus, dan ia menjadi change agent yg efektif di abad-abad pertama dalam perjalanan misionarinya.
Sayangnya, banyak orang tidak mau menjadi orang yang berbahaya. Ada banyak alasan. Pertama, mungkin ia yg tidak menyadari ide/ visi apa yang ia miliki dalam hidupnya. Kedua, mungkin ia tahu dan sadar apa ide/visinya, namun tidak berani menghidupinya dengan radikal atau lebih tertarik dengan tawaran 1001 macam ide lainnya yg lebih pragmatis, materialis, dan manis.
Terlalu banyak yang memilih menjadi "Yunus" dan "Demas", menolak vokasi hidupnya. Terlalu banyak yang memilih hidup berdasarkan UUD (Ujung-ujungnya Duit). Hidupnya terlalu remeh untuk dianggap berbahaya.
Ingin menjadi orang berbahaya tentu ada harganya. Ada yang disalah mengerti, dijauhi, dihianati, dimusuhi. Ada juga yang dicaci maki, dipenjara, dipukuli, bahkan sampai mati. Pendek kata, sengsara.
Yang menarik, sejarah hidup Yesus Tuhan kita juga demikian. Begitu berbahayanya Dia bagi stabilitas nasional pada waktu itu dengan satu idenya ttg Kerajaan Allah, sampai Ia harus disalib bagai seorang penjahat besar. Hidupnya yang sekitar 30 tahun lebih sedikit itu disingkat dalam Pengakuan Iman Rasuli dengan satu kalimat, "yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus."
Merenungkan semua hal diatas, saya jadi berpikir, kalau kita tidak jadi orang yang berbahaya bagi orang lain, mungkin hidup kita sudah masuk dalam bahaya. Bahaya karena berarti hidup ini menjadi sembarangan dan tidak berarti. An unexamined life is not worth living, demikian kata Socrates.
Perenungan diatas mau tidak mau menggiring saya pada hipotesa sementara sebagai berikut: Kalau Anda bukan seorang yang berbahaya, hidup Anda mungkin sedang berada dalam bahaya.
Tentu ada perkecualian dalam hipotesa diatas. Hipotesa tersebut tidak berlaku bagi orang gila. Karena secara natur, orang gila itu sudah berbahaya, terlepas dia punya 1 ide atau 1001 ide.
Sendjaya
Melbourne, 23 Oktober 2002
Komentar
Posting Komentar