oleh Johan Deretah
Seorang
Kristen yang dipanggil untuk bekerja juga dipanggil untuk memberitakan Injil!
Bagaimana kedua hal ini bisa berjalan seiring dengan tanpa memandang yang satu
lebih penting dari yang lain? Terutama bagi alumni di lingkup Perkantas,
seorang Kristen yang telah hidup dalam pelayanan, bagaimana menjalankan
keduanya?
“Yang”
Bukan “Dan”
Dalam
pengertian berbahasa Indonesia, jika kata ‘yang’ ditaruh di antara dua
kata, maka kata terakhir akan menunjukan sifat dari kata yang mendahuluinya.
Untuk menyusun kalimat inipun, biasanya kata kedua sudah merupakan kata sifat.
Tetapi akan sulit dipahami jika kedua kata yang dipisahkan oleh kata ‘yang’ masing-masing
adalah kata kerja. Seperti judul dari naskah ini! Tetapi, tentu masih aman saja
untuk berjudul seperti di atas, karena kata ‘yang’ ada di dalam
kurung, sehingga seakan jika tidak ada kata ‘yang’ itupun tidak
mengurangi pengertiannya.
Memang
akan berbeda jika kata yang ditaruh di sana adalah kata ‘dan’. Ini
akan memberi makna keterpisahan antara kata pertama dengan kata kedua.
Bisa saja kata pertama dan kata kedua memiliki kaitan, tetapi bisa juga sama
sekali terpisah. Naskah ini tidak memilih demikian, dengan harapan dua kata
kerja ini bukan hanya setara, tetapi kata kedua menjadi sifat dari kata
pertama.
Panggilan
Penuh Waktu
Tentang
panggilan! Di kalangan Kristen tampaknya bisa ditemukan pemahaman yang
menyatakan bahwa ada orang yang dipanggil Tuhan secara penuh waktu memberitakan
Injil, seperti misal penginjil, pendeta, staf Perkantas dan sejenisnya.
Kemudian disebutlah mereka ini sebagai orang yang dipanggil melayani Tuhan
penuh waktu! Selanjutnya ada juga orang-orang yang dipanggil tidak penuh
waktu melayani Tuhan! Dan kelompok ini kemudian sering disebut sebagai yang
bekerja bukan di dunia pelayanan, mungkin secara ekstrim disebutlah mereka
sebagai yang bekerja di dunia sekuler.
Pemahaman
demikian, bisa membuat terpeleset kepada sikap dikotomi antara yang “rohani”
dan “sekuler”. Seakan-akan para pendeta, penginjil dan staf Perkantas adalah
orang yang yang mengerjakan pekerjaan Tuhan penuh waktu dan rohani, sebaliknya
di luar mereka tidak termasuk sebagai pelayan Tuhan penuh waktu atau sekuler.
Apa
itu penuh waktu? Jika yang disebut penuh waktu adalah keterlibatan seseorang
dengan lembaga atau institusi tempat dia bekerja, berkegiatan memerlukan
keterikatan yang penuh, maka tentu pengertian ini memang benar bahwa para
pendeta, penginjil, staf perkantas adalah pelayan penuh waktu. Tetapi apakah
mereka yang tidak termasuk yang telah disebutkan tadi kemudian tidak bisa
disebutkan sebagai pelayan penuh waktu? Tentu seharusnya tidak bisa demikian!
Kristen yang berprofesi sebagai guru, bankir, pedagang yang waktunya banyak
digunakan untuk mengurusi murid, uang, nasabah dan pelanggan haruslah tetap
bisa disebut – bahkan harus tetap menyadari dirinya – sebagai pelayan Tuhan
penuh waktu!
Sepenuh
waktu harus dimengerti lebih dalam dari sekadar keterkaitan secara organisasi!
Panggilan pelayanan penuh waktu adalah panggilan Tuhan bagi setiap Kristen
melayaninya disetiap waktu dalam setiap titik hidupnya di bidang apapun! Dengan
demikmian, jika dikaitkan dengan Tugas menginjil, setiap orang adalah pelayan
Tuhan yang dipanggil penuh watu untuk menginjil!
Nyatakan
dan Katakan!
Bagaimana
saya bisa menginjil, saya bekerja? Saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan saya?
Atau kalimat-alimat lain yang bisa ditambahkan bagi mereka yang berporfesi
guru, pedagang, bankir atau sejenisnya. Tetapi, menginjil kini bukan hanya
panggilan yang hanya diperuntukkan bagi pendeta, penginjil, staf Perkantas.
Menginjil adalah tugas semua Kristen!
Dalam
konteks pelayanan alumni di perkantas, setiap alumni adalah penginjil.
Tanpa mempersoalkan apa yang sedang menjadi domain pekerjaannya, setiap alumni
bisa bekerja (yang) menginjil! Setiap pekerjaannya harus bersifat menyampaikan
berita Injil.
Jika
kita berangkat dari kata injil adalah euaggalion yang artinya kabar
sukacita, layaknya seorang prajurit yang berlari sekencang mungkin untuk
menyampaikan kabar baik kepada raja tentang kemenangan pasukannya di medang
perang! Hal ini yang juga perlu menjadi spirit dalam alumni bekerja!
Pekerjaannya yang ditekuni alumni layaknya meneriakkan tentang kabar sukacita
itu.
Tentu
akan sulit menyebutnya kabar sukacita, ketika seorang Kristen yang jadi
pimpinan menindas bawahannya, atau seorang Kristen yang menjadi bendahara
perusahaan menahan hak orang lain tanpa alasan yang jelas! Mewujudnyatakan
kasih Allah dan kebenaran Injil melalui atau di dalam pekerjaan yang dilakukan,
itulah penyataan tentang berita sukacita! Itulah kehadiran kerajaan Allah.
Sungguh, bisa dipercayai satu perbuatan yang baik seringkali lebih bisa
bermakna dari ribuan kata yang hambar.
Jika
demikian, apakah tidak perlu berkata apapun? Persoalannya adalah: pengertian
seseorang harus dituntun oleh kata-kata yang jelas, proklamasi Injil akan
membuat makin jelas! Tetapi saya meragukan, jika daya tarik Injil ada di ujung
lidah kita!
Menginjil
adalah tugas semua orang Kristen!
*Penulis
adalah Staf Alumni Perkantas Jember
Komentar
Posting Komentar